Senin, 17 Februari 2014

Lihatlah Diri Kita



Kita sadar kita akan mati. Kita pun sadar bahwa ketika mati, harta seluas daratan dan lautan tak ada yang bisa kita bawa. Lihatlah lagi diri kita. Meskipun kematian dan hari berbangkit menjadi satu kepastian yang tidak bisa ditolak, kita masih menjadi manusia-manusia yang serakah, manusia-manusia yang “lapar” akan simbol-simbol status dan kekayaan.

Tampaknya, nafsu lebih menjadi imam daripada hati yang fitri. Akibatnya, nafsu lebih sering menghasilkan keserakahan. Jika nafsu yang menjadi komandan bagi akal pikiran dan fisik, kehancuranlah yang ada, ditambah sederet ketidakpuasan yang lebih besar daripada kebersyukuran. Kita terlalu lama tidak mengakrabkan diri dengan Al-Qur’an sehingga tidak tahu, lupa dan lalai terhadap peringatan-peringatan Allah

Andai kita tahu bahwa makan cabai itu pedas, andai kita tahu bahwa bermain api itu panas, dan andai kita tahu bahwa bermain air itu basah, tentu kita juga akan membenarkan bahwa apapun perbuatan kita, kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, akan kembali kepada diri kita. “Allahumma ya Allah, rahmati hidup kami, beri petunjuk dan hidayah kepada kami, agar kami bisa melangkah menuju kepada keridhaan-Mu, ya Rabb… Aamiin.
-Berbagai Sumber-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar