Wanita
itu ibarat buku. Jika ia tersampul dengan jilbab, maka itu adalah ikhtiar untuk
menjaga akhlaknya. Terlebih jika jilbab itu tidak hanya sekedar untuk menutupi
tubuhnya, akan tapi juga menjilbabkan hati. Dan jika ia tak bersampul, maka ia
akan terlihat lebih kusam, ternoda oleh coretan, sobek, karena dia tidak bisa
menjaga dirinya, itu karena dia membiarkan auratnya terlihat oleh laki-laki bukan mahramnya.
Menjadi
wanita adalah amanah. Bukan amanah yang sementara. Tapi amanah sepanjang usia
ini ada. Dan sudah seharusnya kita menjaga amanah ini, dengan membentengi diri
kita iman dan ilmu. Senantiasa belajar dan berusaha untuk selalu memperbaiki
diri. Karena memang menjadi wanita baik itu tidak mudah. Butuh iman dan ilmu
kehidupan yang seiring dengan pengalaman. Lihatlah di luar sana, masih banyak
wanita yang dengan bangganya mengobral kehormatan dan kecantikannya,
memperlihatkan auratnya kepada non mahram, bahkan ada diantara mereka yang
sampai terenggut kehormatannya dikarenakan tidak bisa menjaga dirinya.
Astaghfirullah, susahnya menjadi wanita.
Benar.
Menjadi wanita adalah pilihan. Bukan aku yang memilihnya, tapi Kau yang
memilihkannya untukku. Aku tahu, Allah penggenggam segala ilmu. Sebelum Ia
ciptakan aku, Ia pasti punya pertimbangan khusus, hingga akhirnya saat kulahir kedunia,
Ia menjadikan diriku seorang wanita. Aku sadar, tidak main-main Allah
mengamanahkan ini kepadaku. Karena kutahu, wanita adalah makhluk yang luar
biasa. Yang dari rahimnya bisa terlahir manusia semulia Rasulullah atau manusia
sehina Fir’aun. Dan seperti apa diri kita kelak sangat di pengaruhi oleh
bagaimana cara kita bersikap, dan menjaga izzah dan iffah kita.
Ukhti,
bersyukurlah karena engkau di karunia wajah yang cantik dan tubuh yang
sempurna. Dan sudah seharusnya engkau menjaga amanah tersebut dengan
sebaik-baiknya. Bukan dengan memamerkan aurat kepada laki-laki bukan mahram,
sehingga membuat mereka tergoda dan memuja kecantikanmu. Tapi jagalah amanah
tersebut dengan menjaga dirimu dari hal-hal yang Allah murkai, karena cantik
yang sesungguhnya adalah ketika engkau bisa menjaga dirimu dan kehormatanmu.
Bukan dengan berlomba-lomba mempercantik tubuh sehingga tidak mengindahkan
batasan-batasan yang telah Allah berikan kepadamu.
Sungguh rasanya
malu diri ini, ketika aku tidak bisa menjaga amanah yang telah Allah berikan
kepadaku. Aku malu menjadi wanita, kalau faktanya wanita itu gampang
diiming-iminggi harta dengan mengorbankan harga dirinya. Aku malu menjadi
wanita kalau ternyata wanita itu sebagai sumber maksiat, memikat, hingga
mengajak pada jalan sesat. Aku malu menjadi wanita kalau ternyata dari
pandangan dan suara wanita yang tak terjaga sanggup memunculkan syahwat. Aku
malu menjadi wanita kalau ternyata tindak tandukku tidak berkenan di hati
sahabat-sahabatku . Aku malu menjadi wanita kalau ternyata wanita tak sanggup
jadi ibu yang bijak bagi anaknya dan separuh hati mendampingi perjuangan
suaminya. Aku malu menjadi wanita yang tidak sesuai dengan fitrahnya. Ya, Aku
malu jika sekarang aku belum menjadi sosok wanita yang seperti Allah harapkan.
Aku malu, karena itu pertanda aku belum amanah terhadap titipan Allah ini.
-Berbagai Sumber-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar